MINDFULNESS

Kesehatan mental adalah tingkatan kesejahteraan psikologis atau tidakadanya gangguan mental atau jiwa pada seseorang. Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada kesehatan mental. Beberapa kondisi berikut merupakan akibat dari gangguan kesehatan psikologis yaitu stress, lalu gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, ADHD, OCD, PTSD, bahkan bisa menyebabkan timbulnya pikiran untuk self-harm dan bunuh diri. Berdasarkan laporan WHO dalam Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2017, jumlah penderita gangguan mental di seluruh dunia mencapai 450juta jiwa yang mana separuhnya merupakan penderita berumur mulai dari 14 tahun. WHO juga mengatakan bahwa lebih dari 800ribu orang meninggal karena bunuh diri pertahunnya, yang mana merupakan penyebab utama kematian pada usia kisaran 15-29 tahun.
Perlu kita ketahui bahwa kesehatan fisik dan psikologis itu berhubungan. Banyak orang yang sakit, tetapi ketika diperiksa oleh dokter, tidak ditemukan adanya gangguan pada tubuhnya. Hal ini disebabkan karena pikiran dan perasaan yang tidak baik dapat memengaruhi system kerja tubuh kita. Contohnya yaitu depresi. Orang yang telah didiagnosa mengalami depresi akan cenderung sulit tidur, mudah letih, dan tidak nafsu makan yang akan menyebabkan timbulnya beberapa penyakit dalam tubuh. Selain itu, orang yang mudah stress atau cemas akan mudah darah tinggi. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk menjaga kondisi psikologis kita untuk menjaga kesehatan tubuh selain dengan berolahraga tentunya.
Setiap hari kita selalu beraktivitas. Baik harus sekolah, kerja, maupun beragam aktivitas lainnya. Sebagai siswa, tentu ketika di sekolah ada banyak sekali tugas yang datang setiap harinya. Yang satu belum selesai, sudah datang tugas lainnya lagi. Belum lagi ujian-ujian yang dekat dengan deadline. Rasanya waktu 24 jam dalam sehari itu tidak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Akibatnya, tugas terlambat dikumpulkan, ujian harus mengulang karena tidak maksimal belajar. Itu semua bisa menyebabkan pikiran kita menjadi stress. Tidak jarang pula kecemasan akan nilai dan beban tugas yang belum selesai lainnya.
Masalahnya, ketika kita sedang bekerja atau mengerjakan tugas yang banyak itu, tidak jarang kita jadi cepat bosan. Sudah soalnya sulit, banyak lagi. Lebih parahnya lagi, bukannya cepat diselesaikan, tapi kita malah buka hp. Aktivitas di dunia nyata belum selesai, kita berpindah beraktivitas di dunia maya. Kegiatannya banyak, main game, pergi ke media sosial, atau yang lainnya. Justru ini yang salah. Kegiatan ‘membunuh rasa bosan’ seperti itu merupakan distraksi bagi pikiran kita, sehingga kita tidak bisa fokus ketika sedang bekerja. Rasanya selalu gatal untuk mengecek notifikasi, melihat insta story, dan melihat trending terkini. Dari sini, bisa timbul masalah lagi. Di era pandemic saat ini, perkembangan berita hoax mudah sekali ditemukan dan dapat menimbulkan kesan menakut-nakuti. Kalau tidak begitu, tidak jarang kita jadi insecure karena melihat unggahan orang lain di timeline kita. Hal-hal tersebut hanya akan menimbulkan kecemasan bagi diri seseorang.
Selain itu, ‘membunuh rasa bosan’ dengan pergi ke dunia maya dapat menghilangkan kreativitas pada diri kita. Mengutip dari buku SLOW karya Greatmind, ada seorang penulis buku yang berjudul Bored and Brilliant, Manoush Zomorodi, ia mengemukakan sebuah argument menarik bahwa manusia dapat kehilangan momen penting yang berguna untuk kreativitas, refleksi, dan pengembangan diri jika kita tidak mengizinkan diri ini untuk dilanda bosan. Karena sesungguhnya rasa bosan adalah sebuah stimulus bagi otak kita untuk dapat berpikikr dan berimajinasi. Selain itu, ada juga penelitian seorang dosen psikologi, Dr. Sandi Mann, ia mengungkapkan justru di saat rasa bosan melanda otak, kita mampu mencapai potensi penuhnya. Asalkan kita tidak mengalihkan fokusnya dengan hal-hal yang seringnya kita anggap sebagai ‘pembunuh rasa bosan’. Jadi, kalau kita lagi bosen, jangan alihkan perhatian kita dengan mendistraksi pikiran kita melalui media sosial, tapi gunakan waktu tersebut untuk membiarkan pikiran kita berimajinasi dan menciptakan sebuah kreativitas yang jarang muncul ketiga sedang beraktivitas biasa. Selain itu, kita juga akan terhindar dari gangguan kecemasan yang disuguhkan oleh dunia maya.
Selain itu, untuk menyelesaikan masalah tentang 24 jam yang tidak cukup dalam sehari, maka kita kita harus pintar mengatur jadwal waktu. Paling tidak kita bisa memprioritaskan kewajiban yang harus diselesaikan dengan segera. Dengan mendistraksi pikrian, kita justru hanya akan membaung waktu yang seharusnya dapat kita gunakan dengan produktif. Kita analogikan seperti ini saja, misalnya kita memiliki sebuah toples kosong, beberapa batu, dan pasir. Batu dan pasir tersebut bisa cukup dimasukkan semuanya ke dalam toples apabila kita memasukkannya dengan cara yang benar. Sekarang kita analogikan toples adalah waktu dalam sehari, batu sebagai kewajiban, dan pasir adalah hal-hal kesenangan lain. Ada dua cara untuk memasukkan batu dan pasir ke dalam toples. Yang pertama adalah memasukkan batu-batu terlebih dahulu. Kemudian, yang kita dapati ketika memasukkan pasir ke dalamnya adalah, pasir tersebut akan memenuhi celah-celah batu dan memenuhi toples. Namun, apabila kita memasukkan pasir terlebih dahulu, maka batu-batu tidak akan muat semuanya ke dalam toples. Jadi, apabila kita memprioritaskan kewajiban terlebih dahulu dan menyelesaikannya sampai tuntas, maka akan ada waktu sisa untuk melakukan hal-hal kesenangan lain. Namun, jika kita menggunakan waktu untuk hal kesenangan terlebih dahulu dan menunda pekerjaan, akibatnya tugas-tugas akan menumpuk. Hal tersebut akan menimbulkan kecemasan karena pikiran kita terbebani oleh pekerjaan yang belum selesai. Mudahnya, kerjakan apa yang bisa kita kerjakan dulu daripada menunda dan membebani pikiran dengan tugas.
Seperti yang sudah saya jelaskan di awal tadi, kita banyak sekali melakukan aktivitas. Tidak hanya secara fisik, tetapi pikiran juga. Sebelum pandemic, kita banyak beraktivitas di luar rumah bahkan setiap hari. Pikiran-pikiran negative yang tanpa kita sadari ada di dalam diri kita tidak terasa karena kita mengalihkannya dengan beraktivitas di luar. Namun, kini kita harus melanjutkan aktivitas itu dari rumah. Semakin sedikit aktivitas fisik yang kita lakukan. Akibatnya, gantian pikiran kita yang makin banyak aktivitas. Tidak jarang pikiran kita berkelana ke masa lalu maupun masa depan. Tidak jarang pula kita jadi teringat beberapa peristiwa tidak baik yang pernah terjadi dan merasa sangat menyesal. Atau memikirkan hal-hal buruk yang kita takutkan di masa depan. Tanpa kita sadari, pikiran kita tidak menyadari kehadiran raga kita saat ini. Tubuh kita di sini, tapi pikiran kita berkelana. Bukan memikirkan hal-hal kreatif, tetapi kecemasan akan sesuatu yang sebenarnya sedang tidak terjadi saat ini. Kalau kita sudah cemas, seperti yang sudah saya katakan di awal tadi, kita jadi sulit focus. Baik ketika sedang bekerja, mengerjakan tugas, atau mengerjakan hal lainnya.
Di sinilah pentingnya mindfulness, kesadaran penuh, atas apa yang sedang kita lakukan saat ini. Dengan mindfulness, kita dilatih untuk menyadari sepenuhnya pikiran dan raga kita saat ini. Kita belajar untuk memusatkan perhatian dan focus kita hanya pada satu hal saja. Contoh sederhananya adalah dengan bernapas. Kita coba untuk membiarkan tubuh ini berhenti sejenak dari aktivitas yang padat. Posisikan tubuh serileks dan senyaman mungkin. Pejamkan mata, rasakan oksigen yang kita hidup masuk perlahan melalui hidung. Rasakan udaranya mengalir dalam saluran pernapasan. Tahanlah sebentar, lalu hembuskan secara perlahan. Lakukan berulang hingga kita benar-benar sadar dan menikmati momen saat itu juga.
Cara lain untuk melatih mindfulness yaitu
dengan yoga, karena gerakan dalam yoga dapat membantu menyatukan tubuh,
pikiran, dan jiwa. Lalu ada meditasi. Dengan meditasi, kita memberikan focus
dan memusatkan perhatian diri untuk benar-benar rileks dan menemukan kebahagiaan
dalam berdiam diri tersebut. Atau juga bagi kita yang hobi membaca, kita bisa
membaca buku atau menulis jurnal. Bagi pecinta seni rupa, bisa juga dilakukan
dengan mengamati lukisan, patung, fotografi, dll. Atau yang paling mudah
ditemukan ialah menikmati alam sekitar, seperti langit misalnya.
Pada tanggal 10 Oktober merupakan hari kesehatan jiwa sedunia. Mari bersama-sama kita tingkatkan kesadaran kita akan pentingnya kesehatan mental bagi diri kita sendiri, karena jika mental kita baik, kita bisa memberi orang lain energi baik pula, dan dampaknya bagi kita, kita bisa mendapat kebahagiaan dari orang lain berkat energi positif yang kita pancarkan.
Comments
Post a Comment