Lika-liku Kehidupan

Di tulisan ini aku mau cerita sedikit tentang pengalamanku di masa lalu yang tidak jauh-jauh berhubungan dengan hidupku saat ini. Di tulisan sebelumnya mungkin aku menyebut diriku sebagai ‘saya’ karena aku ingin menghadirkan cerita yang agak formal. Namun, di tulisan ini dan mungkin seterusnya (yang berisi daily blog) aku akan menggunakan kata ‘aku’ saja karena beginilah caraku menyebut diri sendiri di kehidupan sehari-hari.

Seperti judulnya, aku mau bercerita tentang lika-liku kehidupan yang dulu pernah kualami. Namanya manusia, siapa sih yang tidak pernah mengalami drama  kehidupan? Aku pernah membaca suatu buku yang mengatakan bahwa ‘hidup adalah panggung sandiwara dan kita (manusia) adalah pemerannya’, kurang lebih seperti itu. Tentunya, suatu sandiwara pasti memiliki cerita dan di dalam cerita itu sendiri pasti memiliki konflik yang akan dialami oleh pemerannya. Beginilah kira-kira narasi singkat yang menggambarkan hidup kita sebagai manusia.

Konflik itu sendiri tidak selalu memiliki penyelesaian yang mudah, tidak pula selalu membahagiakan, dan tidak selalu pula sesuai apa yang kita harapkan. Apabila menonton pertunjukan drama atau film, penonton pasti akan bereaksi terhadap ending dari cerita tersebut. Reaksi yang ditimbulkan bisa berbagai macam. Ada yang suka akhir bahagia, akhir menyedihkan, akhir yang menimbulkan berbagai teori, dll. Jenis-jenis ending juga ada bermacam-macam, misalnya close ending, open ending, twist ending, happy ending & sad ending, shocking ending, circular ending, reflection ending, dan dialogue ending. Hmm banyak banget, sih, katanya mau cerita? Oke, oke, aku hanya ingin menambahkan sedikit informasi aja sebagai orientasi dari tulisanku ini sebelum masuk ke inti cerita. Bila di awal paragraf tadi tulisanku terkesan seperti menyebutkan bahwa konflik sulit diselesaikan, maka asumsi kalian tidak benar. Dengan kita menghadapi konflik, bahkan sampai membutuhkan penyelesaian yang kompleks sekalipun, justru hal itulah yang akan membentuk karakter kita menjadi pribadi yang lebih tangguh dan tentunya berkembang ke arah yang lebih baik. Contoh sederhananya baru saja aku alami hari ini, tapi cerita ini hanya untuk pengantar saja, ya, sebelum masuk ke inti cerita. Hari ini seperti biasa aku ada kelas daring yang dimulai sejak pukul tujuh pagi. Sejak semalam, aku sudah memikirkan mata pelajaranku hari ini karena semuanya adalah pelajaran menghitung. Aku berpikir bahwa hari ini pasti akan berat. Sebelum kelas dimulai, aku suka menonton video di youtube sekedar untuk hiburan sebelum bergelut dengan tugas-tugas selama 6 jam ke depan. Setelah jam pelajaran akhirnya dimulai, tugas-tugas sudah mulai datang menghampiri. Aku hanya ingin semuanya cepat selesai, jadi tanpa basa-basi langsung aku kerjakan semua soal lengkap dengan kalkulator di ponsel. Mata pelajaran hari ini cukup sulit karena salah-satunya aku harus belajar ekstra untuk memahami materi, apalagi guru tidak memberi penjelasan apapun dan hanya memberi tugas mengerjakan (yang hingga saat ini aku menulis blog ini) yang sampai saat ini belum kuselesaikan. Terlepas dari itu, pelajaran terakhir hari ini juga cukup menantang. Guruku sangat disiplin terhadap tugas dan penilaiannya. Siswa dituntut aktif bertanya dan berdiskusi di forum daring yang juga menjadi penilaian. Di dua pertemuan pertama aku tidak merespon apapun karena terlalu bingung apa yang harus kutanyakan dan tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan yang diberikan. Maka sudah jelas, ketika pelajaran itu hadir hari ini, aku menjadi cemas dan takut. Namun, mau bagaimanapun aku harus menghadapinya dan yakin ‘masa sulit’ ini akan segera berakhir. Ketika forum diskusi dimulai, aku mencoba aktif dengan menjawab sedikit pertanyaan yang diberikan. Selain itu, guru juga memberi kuis yang mana membuatku semakin panik karena ada hitungan mundurnya. Diskusi terus berlanjut hingga memasuki jam akhir. Aku lega dan jujur dengan mencoba ‘keluar dari zona nyaman’ yaitu melakukan hal yang tidak biasanya aku lakukan justru memberi pengalaman tersendiri bagiku untuk belajar. Walaupun harus merasakan cemas, panik, takut, keringat dingin, tetapi dengan berani mencoba menghadapinya, aku merasa bahwa sebetulnya hal yang selama ini aku takutkan tidak seburuk yang kubayangkan setelah kucoba melakukannya. Pengalamanku ini mengingatkan diriku pada video di youtube yang tonton pagi ini. Video yang dibuat oleh Jake Frew ini berjudul ‘Learning to Love Conflict’. Di video tersebut ia mengatakan bahwa ia tidak suka hal-hal yang membuat dirinya merasa tidak nyaman atau menjadi sulit. Ia juga menampilkan pengalamannya ketika berusaha mengeluarkan mobil vannya yang tersangkut di gundukan salju di tengah badai. Ia menaruh papan pada bagian depan ban belakangnya agar dapat melaju ke depan dan itu ia lakukan berulang-ulang kali. Kegigihannya dalam berjuang mengeluarkan mobilnya tersebut berakhir dengan datangnya beberapa pengendara lain yang turut membantu dengan menyingkirkan salju-salju yang menghalangi ban mobilnya. Akhirnya, ia  berhasil mengeluarkan mobilnya setelah mencoba berulang kali hingga ada orang lain yang membantu. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa konflik tidak bisa kita hindari. Namun, setiap masalah pasti memiliki solusi. Mulai dari yang paling sederhana hingga yang kompleks sekalipun. Itu dia sedikit cerita yang bisa aku bagikan sebagai orientasi dari tulisanku yang berjudul ‘Lika-liku Kehidupan’ ini.

Comments

Popular Posts